Mesir Sudah Susun Suksesi
TETAP BERAKTIVITAS, Presiden Mesir Hosni Mubarak kemarin bertemu Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahayan (kanan) di Kairo, di saat demonstrasi antipemerintah masih terus berlangsung pada pekan ketiga dengan tuntutan pengunduran diri Mubarak.
KAIRO(SINDO) – Diamdiam, Mesir ternyata sudah merencanakan kerangka waktu pemindahan kekuasaan (suksesi) secara damai dari Presiden Hosni Mubarak. Saat unjuk rasa antipemerintah yang bertujuan menurunkan Mubarak dari takhtanya memasuki pekan ketiga,Wakil Presiden Omar Suleiman kemarin mengungkapkan bahwa presiden yang sudah 30 tahun berkuasa itu telah membentuk sebuah komisi khusus untuk mengawasi amandemen konstitusi.
”Presiden menyambut konsensus nasional. Hal ini menguatkan bahwa kita perlu berdiri di jalur yang tepat agar dapat keluar dari krisis saat ini.Peta jalan yang jelas sudah ada,disertai kerangka waktu untuk merealisasikan pemindahan kekuasaan secara damai dan terorganisasi.” papar Suleiman setelah bertemu Mubarak dalam rapat dialog nasional. Suleiman menegaskan, presiden sudah mengambil sejumlah keputusan penting yang akan memudahkan transisi kekuasaan.
”Presiden Mubarak hari ini menandatangani satu dekrit untuk pembentukan komisi konstitusi yang akan mengawasi amendemen konstitusi dan amendemen legislatif,” ungkapnya. ”Presiden juga menugaskan Perdana Menteri (PM) untuk membentuk satu komite lanjutan untuk mengimplementasikan berbagai keputusan yang diambil semua pihak dalam dialog nasional,”tutur Suleiman.
Pada Minggu (6/2), Suleiman bertemu berbagai kelompok oposisi termasuk Ikhwanul Muslimin (IM/Persaudaraan Muslim) dan tokoh- tokohpolitikindependenuntuk membahas reformasi demokratis. Setelah perundingan,pemerintah menyatakan, semua pihak sepakat membentuk satu komite untuk mempelajari dan mengusulkan amandemen konstitusi dan amandemen legislatif pada pekan pertama Maret.
Para negosiator juga sepakat membuka satu kantor untuk menerima keluhan tentang perlakukan terhadap tahanan politik, pembatasan media,pencabutan keadaan darurat,dan menolak intervensi asing. Sementara itu, berdasarkan kawat diplomatik Amerika Serikat (AS) yang dibocorkan WikiLeaks kemarin, Israel sejak lama mendukung Suleiman sebagai calon pengganti Mubarak.”Kami menyerahkan pada Kedutaan Besar AS di Kairo untuk menganalisis berbagai skenario suksesi di Mesir.
Namun, tidak ada pertanyaan lagi bahwa Israel lebih nyaman dengan Omar Soliman,” ungkap kawat yang ditulis Kedubes AS di Tel Aviv pada 2008, menggunakan logat pelafalan nama Suleiman. Kawat bertanggal 29 Agustus 2008 itu merangkum pembicaraan antara Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dengan para petinggi Mesir di Kota Alexandria.Kawat ini menulis pernyataan salah satu penasihat Barak, David Hacham.
”Hacham menyatakan bahwa Israel percaya Soliman dapat menjadi paling tidak sebagai presiden sementara jika Mubarak meninggal atau berhalangan,” tulis kawat tersebut. Soleiman merupakan kepala intelijen Mesir sejak 1993 yang sering berkunjung ke Israel dan menjadi mediator dalam konflik antara rezim Zionis dengan Palestina. AS meletakkan dukungan pada upaya transisi yang diluncurkan Soleiman yang dipilih Mubarak sebagai wakil presiden setelah demonstrasi besar-besaran.
Sementara itu, demonstran di Lapangan Tahrir, Kairo, menyerukan dorongan baru untuk menggulingkan Mubarak. Seruan baru itu dilontarkan agar gerakan oposisi tidak kehilangan momentum untuk menjatuhkan rezim Mesir saat ini. Ribuan orang masih menduduki lapangan Tahrir. Namun, barisan mereka secara bertahap didesak militer agar lalu lintas di sekitar lokasi itu normal kembali.
Demonstran menganggap berbagai konsesi yang ditawarkan pemerintah tidak cukup untuk menghentikan aksi protes mereka. Pemerintah Mesir mengumumkan sejumlah konsesi, termasuk kenaikan gaji 15% bagi enam juta pekerja sektor publik. Menurut pengamat, langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah hendak mengonsolidasikan kekuatannya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga melunakkan kritiknya terhadap rezim Mesir dan berbicara positif tentang proses dialog.”Tentu saja,Mesir sudah menegosiasi kan satu jalur dan saya pikir mereka membuat kemajuan,” paparnya di Washington. Menurut data Human Rights Watch (HRW), sedikitnya 297 orang tewas di penjuru Mesir sejak unjuk rasa 25 Januari. Mereka tewas dalam bentrok antara demonstran dan polisi, serta antara pendukung dan penentang Mubarak.
”Presiden menyambut konsensus nasional. Hal ini menguatkan bahwa kita perlu berdiri di jalur yang tepat agar dapat keluar dari krisis saat ini.Peta jalan yang jelas sudah ada,disertai kerangka waktu untuk merealisasikan pemindahan kekuasaan secara damai dan terorganisasi.” papar Suleiman setelah bertemu Mubarak dalam rapat dialog nasional. Suleiman menegaskan, presiden sudah mengambil sejumlah keputusan penting yang akan memudahkan transisi kekuasaan.
”Presiden Mubarak hari ini menandatangani satu dekrit untuk pembentukan komisi konstitusi yang akan mengawasi amendemen konstitusi dan amendemen legislatif,” ungkapnya. ”Presiden juga menugaskan Perdana Menteri (PM) untuk membentuk satu komite lanjutan untuk mengimplementasikan berbagai keputusan yang diambil semua pihak dalam dialog nasional,”tutur Suleiman.
Pada Minggu (6/2), Suleiman bertemu berbagai kelompok oposisi termasuk Ikhwanul Muslimin (IM/Persaudaraan Muslim) dan tokoh- tokohpolitikindependenuntuk membahas reformasi demokratis. Setelah perundingan,pemerintah menyatakan, semua pihak sepakat membentuk satu komite untuk mempelajari dan mengusulkan amandemen konstitusi dan amandemen legislatif pada pekan pertama Maret.
Para negosiator juga sepakat membuka satu kantor untuk menerima keluhan tentang perlakukan terhadap tahanan politik, pembatasan media,pencabutan keadaan darurat,dan menolak intervensi asing. Sementara itu, berdasarkan kawat diplomatik Amerika Serikat (AS) yang dibocorkan WikiLeaks kemarin, Israel sejak lama mendukung Suleiman sebagai calon pengganti Mubarak.”Kami menyerahkan pada Kedutaan Besar AS di Kairo untuk menganalisis berbagai skenario suksesi di Mesir.
Namun, tidak ada pertanyaan lagi bahwa Israel lebih nyaman dengan Omar Soliman,” ungkap kawat yang ditulis Kedubes AS di Tel Aviv pada 2008, menggunakan logat pelafalan nama Suleiman. Kawat bertanggal 29 Agustus 2008 itu merangkum pembicaraan antara Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dengan para petinggi Mesir di Kota Alexandria.Kawat ini menulis pernyataan salah satu penasihat Barak, David Hacham.
”Hacham menyatakan bahwa Israel percaya Soliman dapat menjadi paling tidak sebagai presiden sementara jika Mubarak meninggal atau berhalangan,” tulis kawat tersebut. Soleiman merupakan kepala intelijen Mesir sejak 1993 yang sering berkunjung ke Israel dan menjadi mediator dalam konflik antara rezim Zionis dengan Palestina. AS meletakkan dukungan pada upaya transisi yang diluncurkan Soleiman yang dipilih Mubarak sebagai wakil presiden setelah demonstrasi besar-besaran.
Sementara itu, demonstran di Lapangan Tahrir, Kairo, menyerukan dorongan baru untuk menggulingkan Mubarak. Seruan baru itu dilontarkan agar gerakan oposisi tidak kehilangan momentum untuk menjatuhkan rezim Mesir saat ini. Ribuan orang masih menduduki lapangan Tahrir. Namun, barisan mereka secara bertahap didesak militer agar lalu lintas di sekitar lokasi itu normal kembali.
Demonstran menganggap berbagai konsesi yang ditawarkan pemerintah tidak cukup untuk menghentikan aksi protes mereka. Pemerintah Mesir mengumumkan sejumlah konsesi, termasuk kenaikan gaji 15% bagi enam juta pekerja sektor publik. Menurut pengamat, langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah hendak mengonsolidasikan kekuatannya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga melunakkan kritiknya terhadap rezim Mesir dan berbicara positif tentang proses dialog.”Tentu saja,Mesir sudah menegosiasi kan satu jalur dan saya pikir mereka membuat kemajuan,” paparnya di Washington. Menurut data Human Rights Watch (HRW), sedikitnya 297 orang tewas di penjuru Mesir sejak unjuk rasa 25 Januari. Mereka tewas dalam bentrok antara demonstran dan polisi, serta antara pendukung dan penentang Mubarak.