Info Lowongan Kerja Terbaru

Peralatan dan Bahan Pembuatan Kriya Kayu

Persiapan Peralatan :
1. Pahat sebagai peralatan pokok terdiri beberapa jenis yaitu:
(a) Pahat Kuku, pahat ini berjumlah sekitar 20 batang dengan berbagai  ukuran, pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang melengkung.
(b) Pahat lurus (Pengancap) berjumlah sekitar 10 batang dengan berbagai ukuran, pahat ini digunakan untuk memahat bagian yang lurus.
(c) pahat Col/penatar berjumlah 4 batang, digunakan untuk meratakan bagian dasar ukiran yang mencorok kedalam yang tidak dapat dijangkau oleh pahat lurus.
(d) Pahat setengah lingkaran berjumlah 3 batang berbagai ukuran, digunakan untuk memahat bagian motif lengkung dan mencorok kedalam yang tidak dapat dijangkau oleh pahat kuku.
(e) Pahat miring 2 batang, digunakan untuk meraut dan memahat pada bagian-bagian sudut.
2. Cara Perawatan Pahat Ukir
Perawatan pahat ukir kayu meliputi :
-Penggunaan yaitu pahat harus digunakan sesuai dengan fungsinya, misalnya pahat kuku harus digunakan untuk memahat bagian yang lengkung, cembung, cekung. Pahat lurus harus digunakan untuk memahat bagian yang lurus, demikian juga fungsi pahat yang lainnya. Penggunaan pahat yang tidak sesuai dengan fungsinya akan merusak mata pahat.
- Cara Mengasah yaitu agar dalam mengasah mata pahat tidak berubah dan pahat menjadi lebih tajam, oleh karena itu masing-masing pahat ada cara tersendiri dalam mengasah, misalnya pahat kuku diasah pada sisi sudut batu asah, dan dimulai dari pahat yang paling kecil sampai pada pahat yang paling besar. Pahat lurus diasah pada permukaan batu asah yang datar dimulai dari pahat yang paling besar sampai pahat yang paling kecil.Pahat miring diasah pada permukaan batu asah yang datar menuju ke sudut, diputar-putar pada permukaan batu asah. Pahat segitiga diasah hanya pada bagian luar saja agar bentuk mata pahat tidak berubah. Pahat col diasah pada permukaan batu asah yang datar bergantian bagian bawah dan atas. Dan pahat cengkrong diasah dengan cara sama seperti pahat kuku.
- Kebersihan Pahat. Sebelum dan sesudah pemakaian pahat harus dibersihkan dari kotoran dan debu agar pahat tidak mudah tumpul. Penyimpanan pahat harus dipisahkan berdasarkan jenisnya agar mata pahat tidak menyentuh pahat lain, dan untuk menjaga agar pahat tidak berkarat sesekali harus diminyaki dengan minyak kelapa atau minyak pelumas lainnya.
b. Peralatan Penunjang
(a) Palu kayu : kayu yang baik untuk bahan palu adalah kayu-kayu yang berat seperti kayu asam, kayu jambu, dan kayu cemara, diusahakan dari serat kayu terpilin agar tidak mudah pecah.batu asah.
(b) Sikat ijuk : digunakan untuk membersihkan ukiran dari kotoran bekas pahatan dan menghilangkan debu yang melekat pada ukiran.
(c) Alat-alat gambar : digunakan untuk membuat desain baik desain pokok maupun desain motif, jenis peralatan tersebut adalah pensil, spidol, penggaris, karet penghapus, jangka, routring, dan lain-lain.
(d) Alat-alat pertukangan seperti gergaji, schaap, meteran, kapak, siku-siku, dan lain-lain.
(e) Batu asah : untuk menajamkan peralatan baik pahat atau paralatan lainnya. Batu asah ada dua jenis yaitu batu asah kasar untuk memperbaiki mata pahat yang rusak mempercepat pengasahan, dan batu asah halus, untuk menyempurnakan ketajaman pahat.
3. Bahan
Pemahaman tentang kayu adalah penting, karena hal ini akan memberikaan wawasan kepada mahasiswa jenis kayu yang baik dalam pembuatan karya seni kriya. Di dalam pengenalan bahan kayu ini menyangkut masalah struktur kayu, ini penting diketahui adalah untuk menentukan bagian kayu yang mana yang baik untuk pembuatan karya dan bagian-bagian kayu yang mana saja yang tidak baik dalam pengerjaan karya ukir maupun karya kriya. Pembahasan mengenai materi tentang kayu itu telah dibahas secara mendalam pada MK. Pengetahuan Bahan kriya.
Bahan yang perlu dipersiapkan adalah:
(a) Kayu Sebagai Bahan Pokok : Jenis kayu yang baik diukir antara lain; kayu jati, cempaka, aghatis, mahoni, suar, nangka, sonokeling, sonokembang, kepelan dan sejenisnya. Untuk mengetahui kualitas suatu jenis kayu perlu dipelajari pengetahuan tentang kayu yang menyangkut sifat-sifat kayu, bagian-bagian kayu, faktor perusak kayu, keawetan kayu dan lain-lain. Hal ini tidak mungkin saya jelaskan secara detail dalam pelatihan ini karena keterbatasan waktu dan padatnya materi.
(b)  Bahan Penunjang yaitu; bahan-bahan untuk finishing : cat, politur, tinner, amplas, clear, dan lain-lain.


  1. Pembuatan Disain
Langkah awal dalam pembuatan ukiran adalah membuat gambar atau desain benda yang akan diukir, dalam hal ini ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu membuat gambar/desain pada kertas dan mendesain langsung pada kayu yang akan diukir, tapi sebagai pemula diusahakan membuat desain pada kertas dengan motif-motif sederhana seperti motif geometris atau motif-motif primitif sehingga mudah dipahat dan cepat selesai (tidak membosankan)
  1. Proses Kerja:
(a) Memindahkan disain ke media kayu : tempelkan desain pada kayu yang akan diukir dengan lem dan tunggu sampai kering.
(b)   Memahat bentuk-bentuk global : awali pekerjaan dengan memahat pola motif-motif secara secara global agar tidak mudah patah dan untuk memunculkan bentuk-bentuk secara garis besar.
(c)    Memahat detail : Lanjutkan dengan pemahatan moti-motif secara rinci sesuai dengan desain, agar kelihatan lebih jelas dan detail.
(d)   Menghaluskan : motif-motif yang telah dipahat secara rinci dihaluskan dan diberikan aksen-aksen tertentu seperti tekstur dan cawean sehingga ukiran kelihatan lebih indah.
(e)    Finishing : kegiatan ini diawali dengan menggosok ukiran dengan kertas pasir No 150, kemudian diberikan cat dasar untuk menutupi pori-pori kayu, selanjutnya detrepkan warna sesuai dengan keinginan, kemudian diterapkan seanding sealer setelah kering digosok dengan amplas No 400/500, dan terakhir diterapkan pelapis clear (gloss, semi gloss, atau dorp)
(f)     Penyajian karya : hal yang berkaitan dengan penyajian karya yaitu apakah karya yang dibuat ditampilkan menggantung, berdiri, atau memerlukan kemasan khusus, keseriusan dalam menyajikan karya juga akan menambah keindahan karya.
Kegiatan di atas harus dilalui tahap demi tahap guna memperoleh hasil yang maksimal, baik hasil nyata berupa karya atau benda-benda kriya maupun hasil berupa keahlian yang lebih mendalam dan profesional.